Joko Siswanto, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Pengawasan Reformasi Indonesia (LPRI) DPC Nganjuk, saat di lokasi proyek, Rabu (29/5/2024). |
NGANJUK (Pewarta88.com) – Proyek pengurukan Jalan Usaha Tani (JUT) yang diduga menghabiskan biaya puluhan juta rupiah di Dusun Kenep Desa Kenep Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk di soal LSM LPRI DPC Nganjuk.
Hasil pantauan investigasi media pewarta88.com, pada Rabu (29/5/2024)
tampak terlihat pekerjaan pengurukan jalan usaha tani yang memakai material
tanah dan batu dengan panjang kurang lebih 1 Km dengan lebar 3 meter terlihat tanpa
di landasi bangunan Tanggul Pendamping Tanah (TPT).
Sehingga, bebatuan hingga tanah yang tampak menggunung
tersebut bisa terjadi rawan longsor ke area persawahan.
Menurut keterangan petani yang mempunyai lahan persawahan
tak jauh dari lokasi pekerjaan jalan usaha tani menjelaskan, bahwa pengurukan
jalan usaha tani di dusun Kenep sudah berjalan dua bulan ini.
“Setahu saya mulai dikerjakan pada awal bulan puasa ramadhan
1445 H kemarin mas," jelasnya kepada awak media, Rabu (29/5/2024).
Masih dikatakan, bahwa pekerjaan pengurukan JUT itu juga sempat berhenti dan dikerjakan lagi, saat
disinggung media apakah gunungan batu dan tanah pernah longsor di persawahan
warga petani, ia menegaskan pernah terjadi keruntuhan.
“Ya pernah runtuh, tapi di naikkan lagi di permukaan
jalan," sambung petani tersebut.
Adanya hal itu, Joko Siswanto Ketua Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Lembaga Pengawasan Reformasi Indonesia (LPRI) DPC Nganjuk, telah
menyoal pengurukan jalan usaha tani tanpa di dasari pembangunan tanggul
pendamping tanah tersebut.
“Setelah saya melakukan investigasi di lapangan saya menilai
bahwa pengerjaan ini diduga asal jadi, karena apa bila berlandaskan sesuai
teknis kerja, sebelum pengurukan jalan perlu adanya pembangunan TPT dulu,”
tegasnya kepada pewarta88.com di bastcam miliknya, Rabu (29/5/2024).
Masih dikatakan, jadi kalau ada TPT nya tanah urug dalam
pemanfaatan jalan tidak terkesan sia sia, yang di kuwatirkan bila musim hujan
tiba, tanah tersebut juga rawan longsor ke area persawahan petani.
“Sejauh mata saya memandang juga belum tampak adanya papan
nama atau prasasti yang terpasang, kita juga perlu untuk bertanya dari mana
sumber anggaran dan berapa besaran anggaran,” sambung Joko panggilan akrabnya.
Lebih lanjut, sudah 3 hari ini kepala desa Kenep Kecamatan
Loceret saya konfirmasi melalui pesan singkat
masangger WhatsApp juga belum di balas.
“Selain itu PK juga saya temui, namun diwaktu itu ada
kegiatan bersih desa, sehingga saya gagal untuk menemuinya, tujuan saya biar
jelas pekerjaan tata kelola pengurukan tersebut dan tidak menjadikan praduga
praduga yang ber lebihan, dalam waktu dekat baik itu Kepala Desa dan Pelaksana
Kerja (PK) akan segera saya temui," pungkas Joko.(Nyoto)