Drainase di Dusun Pilangbangu Jogomerto Nganjuk Dikeluhkan Warga, Aktivis: ini Jelas Kesalahan Kinerja
Aktivis Murjito dan LSM GAKK, juga Kamituwo saat tinjau drainase yang dikuluhkan, tepat di Dusun Pilangbangu Desa Jogomerto, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Sabtu (28/5/2022). |
NGANJUK (Pewarta88.com) - Proyek pembangunan saluran air (drainase) dalam pengerjaannya satu paket dengan jembatan yang terletak di Dusun Pilangbangu Desa Jogomerto Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk diduga bermasalah hingga warga menilai pembangunan tersebut tidak manfaat.
Informasi yang masuk ke redaksi pewarta88.com, saluran air
yang mempunyai panjang kurang lebih 300 meter yang di kerjakan pada tahun 2015
silam hingga sampai saat ini tidak berfungsi. ketidakmanfaatan saluran itu drainase
tersebut tidak bisa menampung mengalirnya air pada umumnya.
Adanya hal itu, tim media diajak langsung oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Garda Anti Korupsi dan Ketidakadilan bersama akrivis putra
daerah Murjito ke lokasi apa yang dikeluhkan warga, Sabtu (28/5/2022).
Saat di lokasi, saluran air yang mempunyai panjang 300 meter
dan membujur sepanjang arah timur ke barat tersebut sebagian 200 meter sudah ter-urug
tanah hingga rata oleh warga Dusun setempat. hal ini disinyalir karena
kedalaman saluran setinggi 1,5 meter itu sangat membahayakan baik pengguna
jalan maupun warga setempat, seperti diungkapkan Wawan salah satu warga kepada
media.
Menurut Wawan, saluran air yang tepat berada di depan
rumahnya itu terlalu dalam dengan kedalaman mencapai 1,5 meter.
Baca Juga: Aktivis Nganjuk menilai 28 Bangunan Kios Selatan Gor Bung Karno Gagal Perencanaan
Namun, drainase tersebut seharusnya bisa mengalir ke tempat
pembuangan titik akhir ke sungai, ini malah sebaliknya.
“Air malah menuju ke arah timur, pembangunan saluran air ini sia sia karena
tidak bisa memberi manfaat semestinya fungsi saluran air," tegas Wawan, Sabtu
(28/5/2022).
Senada juga dikatakan oleh kamituwo Dusun Pilangbangu Desa
Jogomerto, menurutnya pembangunan saluran satu paket dengan pembangunan
jembatan pilangbangu yang dikerjakan perkiraan tahun 2015 silam.
Lokasi sungai yang menjadi pembuangan drainase. |
Kamituwo tersebut juga mengatakan ditutupnya dengan tanah saluran itu karena sangat membahayan dan tidak bisa fungsi dengan baik.
“Kami menutup rata dengan tanah karena saluran air dengan
kedalaman 1,5 meter tidak disertai penutup drainase sehingga bisa membahayakan
warga maupun pengguna jalan,” paparnya.
Lebih lanjut, selain itu aliran air yang mengalir justru
tidak menuju titik arah ke pembuangan sungai, malah sebaliknya air menuju ke
arah timur. seusainya pembangunan saluran usai, kurang lebih 6 bulan warga
sudah menutup rata dengan tanah.
“Kami berharap drainase tersebut juga bisa difungsikan
kembali dengan dalih pemerintah daerah bisa mengkaji kembali dan mengupayakan
adanya penutup drainase. dan untuk beberapa mater dari saluran ada lubang
pembuangan,” harap Kamituwo Desa tersebut.
Tambah Kamituo, hal itu diharapkan dengan tujuan supaya
aspal jalan yang sudah di hot mik awet. ia menambahkan, pembangunan drainase
bisa di lunasi sepanjang 500 meter, karena saat ini saluran tersebut hanya
mencapai 300 meter saja.
Apa yang dikeluhkan warga, Murjito Aktivis senior putra
daerah Nganjuk menjelaskan, warga menutup saluran itu sudah benar. Karena bisa
membahayakan warga maupun pengguna jalan umum dengan kedalaman yang tidak
semestinya.
“UPTD DPUPR harus ikut mengawasi jalannya pembangunan, kalau
menurut saya ini jelas kesalahan kinerja. karena UPTD dalam pengawasan tidak
maksimal, dalam pantauan saya dilokasi bahwa sepanjang saluran tidak di temukan
resapan air, sehingga air bisa parkir di sepanjang jalan tersebut, sehingga ini
juga bisa mengancam keselamatan aspal dan aspal pun bisa cepat rusak,” tegas
Aktivis tersebut.(m.to)
Viral:
Baca Juga:
Miris, Sejak 1981 Hingga 2022 Jembatan Desa Jintel Rejoso Belum Tersentuh Aspal |