MOJOKERTO (Pewarta88.com) – Dalam catatan sejarah sempat menjadi pemimpin di kerajaan Majapahit beliau adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328 – 1351. Dari prasasti Singosari (1351) diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwonotunggadewi Maharajasa.
Tersohornya peristiwa penting pada masa pemerintahan
Tribuana Tunggadewi dalam Pararaton adalah Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah
Mada saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit tahun 1334.
Untuk mengutip sedikit banyak tentang Ratu penguasa
Majapahit yang tersohor, kuli tinta media ini mengunjungi petilasan Tribuana
Tunggadewi yang berada di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur.
Lokasi petilasan peninggalan para Raja-Raja memang banyak di
jumpai di wilayah Mojokerto, tidak perlu disebutkan satu persatu keberadaan petilasan
atau situs-situs tersebut yang jelas anda sudah mengetahui di luar kepala.
Keberedaan peninggalan Sri Tribhuwonotunggadewi Maharajasa
yang satu ini wajib kita kenang sebagai hormat kita sebagai penerus generasi
bangsa.
Dihari yang sejuk pada sore hari kuli tinta majanews.com membincang
dengan juru kunci situs peninggalan ratu penguasa ketiga Majapahit yang
memerintah pada tahun 1328 – 1351.
Jainuri, juru kunci situs Sri Tribhuwonotunggadewi menjelaskan, petilasan atau napak tilas tempat pertapaan kalau orang dulu istilahnya tempat meditasi atau sembahyang tempatnya dari orang hindu.
“Disini ada beberapa petilasan yang pertama adalah Sabda
Palon dan Nayo Genggong, beliaunya abdi Damar Wulan, ada juga petilasan
Maharesi Warkudoro. Yakni, ayah dari Damar Wulan, selanjutnya Tribuana
Tunggadewi ibunya Hayam Wuruk putrinya Raden Wijaya dari gaya tri.” Jelas juru
kunci itu saat ditemui kuli tinta pewarta88.com di petilasan, Senin (27/06/2022)
sore.
Lanjut juru kinci, pada masa peralihan hindu masuk islam
banyak patung arca yang berbentuk manusia yang dihancurkan dan dihilangkan karena
pada zaman dulu orang masih fanatisme sehingga yang tersisa sekarang hanyalah
sandaran dan bekas -bekasnya saja.
“Sebelum pandemi covid-19 melanda ada saja pengunjung yang
datang namun yang paling ramai ialah malam jumat legi, pengunjung yang datang
tidak dari kalangan masyarakat biasa tetapi banyak para pejabat negara yang
pernah berkunjung ketempat ini,” sambung Jainuri.
Pengunjung dari kalangan pejabat negara, juru kunci tersbut juga
menyebut nama, ada Permadi, Puan Maharani, Guntur, dan Pakde karwo.
“SBY sebelum jadi presiden masih menjadi Letkol ia sering
kesini dan setelah menjadi presiden ia masih kesini, “ tutur penjaga petilasan
itu.
Juru kunci tersebut berharap, kedepan untuk situs
peninggalan Sri Tribhuwonotunggadewi supaya ada perbaikan.
“Biar lebih bagus dan indah, pengunjung yang datang siang
hari tidak terlalu panas terkena terik sinar matahari, karena sekarang tidak
ada tempat untuk berteduh,” harap Jainuri.
Ika Puspitasari, Wali Kota Mojokerto, memerankan tokoh Ratu Tribuana Tunggadewi, dalam pagelaran ludruk untuk memperingati Hari Jadi Kota Mojokerto yang Ke-104. |
Sekedar informasi, Nama harum Tribuana Tunggadewi juga menyedot Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari. Dalam memperingati Hari Jadi Kota Mojokerto yang Ke-104, orang nomer satu di kota onde-onde ini beradu akting dengan sejumlah pelawak ludruk Semar Mesem, yang digelar di lapangan Raden Wijaya Surodinawan, Minggu (26/6) malam.
Pertunjukan ludruk Hari Jadi Kota Mojokerto mengangkat lakon
"Semar Nompo Titah Agung". Sosok yang akrab disapa Ning Ita ini
memerankan tokoh Ratu Tribuana Tunggadewi, pemimpin Kerajaan Majapahit ke-tiga,
sekaligus sosok yang membawa Kerajaan Majapahit menuju puncak kejayaannya.
Ning Ita tampil mengenakan kostum lengkap bak ratu dengan mahkota kuning
keemasan khas kerajaan Majapahit. Penampilan yang berbeda dari biasanya itu
lantas mengundang tepuk tangan dan sorak-sorai dari penonton ketika pertama
kali memasuki panggung. Mengawali penampilannya, Ning Ita menyapa penonton
dengan mengungkapkan perasaannya tampil berperan sebagai sosok ratu yang
tersohor mempunyai nama Sri Tribhuwonotunggadewi Maharajasa.(ben/tim)